Selamat Datang di Dunia Long Life Learning Program

Mendidik anak, bukanlah hal yang mudah. Agar mendidik menjadi hal yang menyenangkan dan efektif, kita harus tahu tekniknya. Nah, salah satunya dengan multimetode dan multimedia. Kami hadir untuk memudahkan orangtua dalam mendidik anak dengan media-media pendidikan yang insya Allah berkualitas.
Berikut produk-produk kami:
I Love My Al-Quran
Ensiklopedia Bocah Muslim
Halo Balita
Nabiku Idolaku
Cerita Binatang 2 Bahasa Berima ILMA

Tampilkan postingan dengan label parenting. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label parenting. Tampilkan semua postingan

03 Mei 2009

Halo Balita untuk Si Kecil




karena belajar itu sejak dalam buaian.....

untuk yang belum bisa bicara pun kami siapkan medianya....

agar kenal Allah, rasul dan dien-nya sejak kecil....

agar berakhlak sejak dini....

agar mandiri sejak awal....



HALO BALITA






Si Kecil yang masih balita bisa dikenalkan dulu dengan Sali, Saliha, dan Mio dalam Halo Balita. Halo Balita membahas:


Dasar-dasar spiritual Islam (5 buku): Aku Sayang Allah, Aku Sayang Rasulullah, Aku Bisa Shalat, Aku Belajar Puasa, Aku Cantik Pake Jilbab

Dasar-dasar akhlak yang baik (11 buku): Aku Suka Menabung, Aku Anak Jujur, Aku Anak Pemberani, Aku Sayang Teman, Aku Anak Sabar, Aku Anak Santun, Aku Sayang Keluarga, dll

Kemandirian (9 buku): Aku Bisa Makan Sendiri, Aku Bisa Mandi Sendiri, Aku Bisa Merapikan Mainan Sendiri, Aku Berani Ke Dokter, dll


...tentunya dengan cara yang sesuai dengan dunianya yaitu berupa DONGENG. Respon anak-anak terhadap media ini sangaaat bagus, senang dibacakan berulang-ulang.
Lebih seru lagi kalau cerita kita dilengkapi dengan 3 boneka tangan Sali, Saliha, dan Mio... lucu banget!
Jadi dalang untuk anak-anak asik lho...!

Total satu set terdiri dari 25 buku anak dan 1 buku petunjuk untuk orang tua (ortu juga perlu belajar kan? :-)). Bukunya hard cover, halamannya tebal juga, jadi tidak mudah sobek dan rusak kalau digigit atau dibanting. Biasa deehh...balita... :-)

Harga Rp 1.540.000,- (14 kg)
bayar tunai jadi Rp 1.386.000,-


Tertarik? Segera hubungi saya di 0815-72-668-660 atau e-mail di adzka_nisa@yahoo.com

Menjelajah Dunia Bersama Ensiklopedi Bocah Muslim




Tahukah anak Anda mengenai perpustakaan Baitul Hikmah di Baghdad?

Tentang Universitas Kordoba?

Tentang para ilmuwan muslim yang hebat pada masanya?

Apa kata Al-Quran tentang besi?

Dan berbagai ilmu pengetahuan dari perspektif Islam?

Temukan jawabannya hanya di ........


ENSIKLOPEDI BOCAH MUSLIM



Ada 15 jilid tentang segala hal...! Berisi tentang pengetahuan dasar yang dibutuhkan anak, yang disajikan dalam bentuk yang menarik, yang bertujuan untuk mengembangkan 3 kecerdasan utama anak (IQ, EQ, dan SQ). Yaitu ...

Islam Agamaku, Tubuhku, Indonesiaku, Masyarakat dan Bangsa, Tokoh Idolaku, Sejarah, Seni, Mamalia, Burung dan Serangga, Reptil dan Amphibi, Tumbuhan, Bumi Kita, Alam Semesta, Sains dan Teknologi.

Kerennya... ada link ke sesama jilid Ensiklopedi Bocah Muslim untuk topik-topik yang berhubungan, dan ada link ke Al-Qur'an juga!

Pasti mengasyikkan sekali untuk anak, mengetahui bahwa segala sesuatu ternyata berhubungan...!


Harga Rp 2.760.000,-
Bayar tunai jadi 2.484.000,-



Ini sebagian komentar para tokoh tentang
Ensiklopedi Bocah Muslim :

"Buku ini merupakan terobosan penting untuk meningkatkan wawasan anak-anak Muslim, orang tua, dan pendidik di bidang ilmu pengetahuan umum serta agama secara terpadu. Bahasanya mendorong anak-anak bersikap kritis, kreatif, inovatif. Pembaca juga diajak belajar dengan cepat, terarah, dan tidak membosankan."
(KH. Dr. Miftah Faridl)

"Melalui ensiklopedi ini, Anda akan melihat lebih dekat keagungan dan keindahan Allah SWT."

(Harun Yahya, cendekiawan muslim dari Turki)

"Mata anak adalah mata yang takjub memandang dunia, Ensiklopedi Bocah Muslim ini memberikan warna-warni sebagian keindahan itu."
(Dr. Karlina Leksono, ilmuwan)

Tertarik? Segera hubungi saya di 0815-72-668-660 atau e-mail adzka_nisa@yahoo.com

Belajar Al-Quran dengan Kreatif dan Menyenangkan




Dear orangtua sekalian, bapak-ibu, ayah-bunda, abi-umi, papa-mama ....
Kita sepakat, kan, bahwa Al-Quran adalah pedoman hidup kita. Bahkan, mempelajarinya perlu dilakukan sejak dini ....

Pertanyaannya sekarang ....
Apakah anak-anak kita sudah diajari Al-Quran?

Mungkin jawabannya begini:
Lumayan ... di sekolah kan ada pelajaran baca tulis Al-Quran
dan hapalan ayat ....

Tapi bukan cuma itu, maksudnya ...
mengkaji Al-Quran dan maknanya, hikmah di balik ayat-ayatnya, sejarah di balik turunnya ayat tersebut ....
Apakah diajari juga???


Kalau jawabannya:
* Di sekolah nggak sedalam itu kayaknya.
* Tapi kalau itu sih saya juga nggak bisa, saya nggak pernah masuk pesantren, nggak pernah khusus belajar agama, dan nggak terlalu ngerti juga kalo baca terjemahan Al-Quran ....

SAMA! Itu juga jawaban saya...!


Oh iya, sebelumnya... lepaskan cara pandang 'jadul' ya... bahwa :

...yang perlu belajar Al-Quran hanya calon ustadz...

...Al-Quran hanya berisi hukum-hukum yang rumit...

...Al-Quran hanya untuk dibaca di acara seremonial keagamaan

seperti pengajian dan tahlilan....



Karena sesungguhnya....
Al-Quran itu untuk seluruh umat manusia,
yang sarat dengan:

... fakta menakjubkan...
... seruan untuk berpikir...
... pertanyaan yang menggelitik...
... tantangan untuk berprestasi...
... sejarah penuh makna...
... seni dan keindahan...
... ilmu pengetahuan...
dan masih banyak hal menarik lainnya!...




Simpulannya... belajar Al-Quran itu akan mencerdaskan dan mencerahkan. Setuju???!!!

Tapi..... selama ini... membaca Al-Quran terasa berat dan membosankan, teks yang kecil-kecil dengan bahasa yang kadang sulit dimengerti...
Orang dewasa saja banyak yang merasa sulit memahaminya,
apalagi anak-anak !


Jadilah Al-Quran itu pajangan di rumah, hanya dibuka sekali-sekali,
dan tentu saja.... TERKALAHKAN oleh TV, komik, play station, dan lain-lain....

... nggak jadi cerdas dan tercerahkan, dong ...!


Tapi... alhamdulillaah... ada berita baik nih, hanya ada di Indonesia,
asli buatan Indonesia, betul-betul hadiah untuk INDONESIA!
Suka hadiah, kan ...?


SEKARANG ada Tafsir Al-Quran yang sangaaat menarik untuk dibaca!


...Al-Quran for everyone!...
...Bergambar...
...berwarna...
...ada ceritanya...
...bahasanya mudah...
...penyajiannya multimedia...




Sangat cocok untuk anak-anak, remaja, dan pssst…sebetulnya cocok juga lho untuk KITA, orangtuanya, apalagi yang baru belajar seperti saya :-)


I LOVE MY AL-QURAN





Satu paket Tafsir Al-Quran dalam bentuk yang sangaaat menarik !

Disusun komplit untuk tiga cara belajar anak: audio, visual, dan kinestetik, juga dengan memperhatikan 8 kecerdasan majemuk anak...!



Untuk memperoleh informasi lebih lanjut: daftar harga cicilan, latar belakang pembuatan media, contoh halaman dalam, download buklet, kesan-kesan pengguna, dan lain-lain, silakan hubungi saya di 0815-72-668-660 atau email adzka_nisa@yahoo.com

Untuk langsung memesan silakan isi di kolom komentar.

Melayani pengiriman seluruh Indonesia
Metode pengiriman: antar langsung/via jasa pengiriman, bergantung wilayah



Satu paket I LOVE MY AL-QURAN terdiri dari :


Mushaf Al-Quran 15 jilid
(terpisah dengan terjemah dan hikmah). Al-Qurannya berwarna lhoo… tiap buku warnanya beda, beberapa bagian tulisan arabnya juga dibuat beda untuk belajar tajwid…



Terjemahan Al-Quran 15 jilid, disertai hikmah yaitu simpulan sederhana dari tafsir ayat-ayat Al-Quran, yang sengaja disusun untuk mempermudah anak-anak memahami isi Al-Quran. Wah bacanya seru karena ada tambahan-tambahan cerita berilustrasi yang sangaaat menarik...!

Kamus bergambar kata-kata unik dalam Al-Quran 1 jilid
Berisi ratusan kata yang dikelompokkan ke dalam 80 bagian. Di sini kita juga bisa tau berapa kali kata itu muncul dalam Al-Quran, dan uniknya lagi...beberapa bagian harus dibaca dari berbagai arah atau bukunya harus diputar-putar. Seru deh bacanya!

CD 'Yuk Nyanyikan Terjemah Al-Quran' (terjemah 16 surat juz 'amma, kan paling sering dibaca pas sholat tuh :-) jadi gampang ngapalin artinya), lagunya enak-enak dengan corak musik etnik dalam negeri maupun luar negeri, kerenlah.... ada buku lagunya, lho...


Puzzle+permainan nama-nama surah dalam Al-Quran
Penuh gambar dan penuh warna, yang bisa dijadikan permainan semacam ular tangga! Dengan permainan ini diharapkan anak-anak bisa hapal nama surat dengan artinya, juga hafal urutan surat-surat dalam Al-Quran. Wah, saya sih merasa benar-benar perlu karena terus terang aja nggak hapal :-) ...


Harga Rp 2.600.000,- (16 kg)
Bayar tunai jadi Rp 2.340.000,-


Alhamdulillaah, selain dibuat dengan kreatif dan inovatif, media ini dibuat dengan sangaaaaat hati-hati....

Lebih dari 20 ulama dari berbagai latar belakang didatangi untuk dimintai pendapat dan sarannya !
"Waah, niat bangeeet....."


Di antaranya... Prof. Dr. A. Sjafi’i M’arif, Prof. Dr. Dien Syamsudin, KH. Shiddiq Amien, KH. Didin Hafidudin, KH. Mustofa Bisri, Habib Rizieq Syihab, dll. Semuanya aktif memberi saran dan masukan, ini kan Al-Qur’an, sangat sakral. Juga supervisi khusus yang ketat berlapis untuk menghindari kesalahan penulisan....


Sebagian konsumen yang sudah menanti-nanti sampai bertanya-tanya,

"Kenapa nih, nggak terbit-terbit....?"


Ternyata... sedemikian seriusnya proses penyusunan media ini....


Berikut sebagian komentar beliau-beliau:


"Saya menyambut baik penerbitan I LOVE MY AL-QURAN ini karena akan menumbuhkan kecintaan anak-anak pada Al-Qur'an. dengan kecintaan itu diharapkan mereka mau membaca, mempelajari, memahami, dan mengamalkan Al-Qur'an dalam kehidupan
sehari-hari."
(KH. Didin Hafiduddin)

"Saat ini, banyak orangtua yang menyadari betapa pentingnya menanamkan nilai-nilai Al-Qur'an pada anak. namun, mereka sering bingung bagaimana cara menanamkannya. Hadiahkan saja pada anak-anak kita I LOVE MY AL-QUR'AN. Insya Allah mereka akan akrab dengan Al-Qur'an. Semoga dengan ikhtiar ini mereka menjadi anak-anak yang shaleh, cerdas, dan mampu menghadapi
tantangan zamannya."
(Aam Amirudin, M.Si, penulis Tafsir Kontemporer Juz 'Amma)

"...apakah kultur masyarakat kita masih memberikan peluang lahirnya generasi 'the living Qur'an' baru? Atau apakah generasi itu hanya ada pada saat Nabi sendiri masih ada? Buku I LOVE MY AL-QUR'AN adalah satu dari sedikit sajian yang akan mendorong para pembacanya bergerak bersama menyambut kelahiran
generasi 'the living Qur'an 'baru'...."
(KH. Dr. Miftah Faridl)

"Kreativitas adalah inti dari kebudayaan. Tanpa kreativitas, budaya mandek. I Love My Al-Qur'an adalah salah satu bentuk kreativitas untuk mengenal dan mencintai Al-Qur'an sejak dini. Semoga dengan ILMA ini, umat Islam semakin mencintai Al-Qur'an sebagai
sumber inspirasi untuk berkreasi."
(Acil Bimbo, musisi)




Dan berikut ini kesan-kesan pengguna:


"Wah, ILMA is like a dream come true...
ILMA bersahabat dengan saya yang masih 'bermata anak-anak' :
penuh warna & ilustrasi.
Memudahkan saya menarik anak-anak untuk mencintai Quran..."
(Ibu Rani, ibu 2 anak, Bandung)

"Saat saya bawa pulang anak saya senang sekali, bahkan si kecil tidur sambil memeluk buku Al Qur'an yang kecil. Mudah mudahan anak-anak saya bertambah kecintaannya kepada buku , terutama Al Qur'an..."
(Pak Pupung, bapak 2 anak, Jakarta)

"Kesan saya terhadap ILMA, bagus banget. Benar-benar membuat anak tertarik untuk selalu membukanya. Anak saya masih balita, tapi sudah senang banget membuka-buka kamusnya, walaupun baru bisa baca Indonesianya saja.
Diarynya juga menurut saya memotivasi anak-anak untuk selalu mengisinya."
(Ibu Lutfiah, Magelang)

"Pertama agak sulit, maklum anak-anak TPA/TQA. Tapi diberi Al-Quran dengan nuansa berbeda tentu mereka senang, termasuk para gurunya. Bagi saya, apapun metode dan cara penyampaiannya,
memahami Al-Quran, bagi anak-anak, harus dilakukan dengan berbagai cara. Ini juga untuk menangkal kebosanan-kebosanan dalam
mengajari mereka Al-Quran."
(Bapak Asep K, Bag. Pendidikan Madrasah, Depag, Jakarta)





I Love My Al-Quran membantu menjadikan keluarga sebagai madrasah pertama yang mengasyikkan untuk anak, serta meningkatkan keeratan hubungan orang tua-anak lewat interaksi belajar sambil bermain, dengan metode dan media yang menarik...!

Jangan lewatkan kesempatan untuk mewujudkannya,
sekarang juga....
Pendidikan adalah investasi terbaik bagi keluarga Anda....

Untuk langsung memesan silakan isi di kolom komentar.


Pastikan Anda memesan dari website ini ya, karena kami akan melakukan after sales service berupa tips-tips pengoptimalan media pendidikan yang telah Anda beli, info-info produk Mizan Dian Semesta terbaru, promo diskon dan bonus untuk pembelian pada waktu-waktu tertentu, semuanya spesial untuk Anda....

19 Maret 2009

JIKA ANAK KITA DISLEKSIA ….

Tidak semua anak disleksia memperlihatkan seluruh gejala, yang mencirikan adanya disleksia ringan, sedang, hingga berat.
Sebagian ahli membagi disleksia sebagai visual, disleksia auditori, dan disleksia kombinasi (visual-auditori). Sebagian ahli lain membagi disleksia berdasarkan apa yang dipersepsi oleh mereka yang mengalaminya yaitu persepsi pembalikan konsep (suatu kata dipersepsi sebagai lawan katanya), persepsi disorientasi vertical atau horizontal (huruf atau kata berpindah tempat dari depan ke belakang atau sebaliknya, dari barisan atas ke barisan bawah dan sebaliknya), persepsi teks terlihat terbalik seperti di dalam cermin, dan persepsi di mana huruf atau kata-kata tertentu jadi seperti “ menghilang.”

Siapa saja yang dapat mengalami disleksia?
Siapa saja, tanpa memandang jenis kelamin, suku bangsa, atau latar belakang sosio-ekonomi-pendidikan, bisa mengalami disleksia, namun riwayat keluarga dengan disleksia merupakan faktor risiko terpenting karena 23-65% orangtua disleksia mempunyai anak disleksia juga.

Pada awalnya anak lelaki dianggap lebih banyak menyandang disleksia, tapi penelitian – penelitian terkini menunjukan tidak ada perbedaan signifikan antara jumlah laki-laki dan perempuan yang mengalami disleksia. Namun, karena sifat perangai laki-laki lebih kentara jika terdapat tingkah laku yang bermasalah, maka sepertinya kasus disleksia pada laki-laki lebih sering dikenali dibandingkan pada perempuan.

Bisa sembuhkah?
Penelitian retrospektif menunjukkan disleksia merupakan suatu keadaan yang menetap dan kronis. “Ketidakmampuannya” di masa anak yang tampak seperti “menghilang” atau “berkurang” di masa dewasa bukanlah karena disleksianya telah sembuh tetapi karena individu tersebut berhasil menemukan solusi untuk mengatasi kesulitan yang diakibatkan oleh disleksianya tersebut.

Mengingat demikian “kompleks”nya keadaan disleksia ini, maka sangat disarankan bagi orang tua yang merasa anaknya menunjukkan tanda-tanda seperti tersebut di atas, agar segera membawa anaknya berkonsultsi kepada tenaga medis profesional yang kapabel di bidang tersebut. Karena semakin dini kelainan ini dikenali, semakin “mudah” pula intervensi yang dapat dilakukan sehingga anak tidak telanjur larut dalam kondisi yang lebih parah.

Apa yang dapat dilakukan?
• Adanya komunikasi dan pemahaman yang sama mengenai anak disleksia antara orang tua dan guru
• Anak duduk di barisan paling depan di kelas
• Guru senantiasa mengawasi / mendampingi saat anak diberikan tugas, misalnya guru meminta dibuka halaman 15, pastikan anak tidak tertukar dengan membuka halaman lain, misalnya halaman 50
• Guru dapat memberikan toleransi pada anak disleksia saat menyalin soal di papan tulis sehingga mereka mempunyai waktu lebih banyak untuk menyiapkan latihan (guru dapat memberikan soal dalam bentuk tertulis di kertas)
• Anak disleksia yang sudah menunjukkkan usaha keras untuk berlatih dan belajar harus diberikan penghargaan yang sesuai dan proses belajarnya perlu diseling dengan waktu istirahat yang cukup.
• Melatih anak menulis sambung sambil memperhatikan cara anak duduk dan memegang pensilnya. Tulisan sambung memudahkan murid membedakan antara huruf yang hampir sama misalnya ’b’ dengan ’d’. Murid harus diperlihatkan terlebih dahulu cara menulis huruf sambung karena kemahiran tersebut tidak dapat diperoleh begitu saja. Pembentukan huruf yang betul sangatlah penting dan murid harus dilatih menulis huruf-huruf yang hampir sama berulang kali. Misalnya, huruf-huruf dengan bentuk bulat: ”g, c, o, d, a, s, q”, bentuk zig zag: ”k, v, x, z”, bentuk linear: ”j, t, l, u, y”, bentuk hampir serupa: ”r, n, m, h”.
• Guru dan orang tua perlu melakukan pendekatan yang berbeda ketika belajar matematika dengan anak disleksia, kebanyakan mereka lebih senang menggunakan sistem belajar yang praktikal. Selain itu kita perlu menyadari bahwa anak disleksia mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan suatu soal matematika. Oleh karena itu, tidak bijaksana untuk ”memaksakan” cara penyelesaian yang klasik jika cara terebut sukar diterima oleh sang anak.

Aspek emosi
Anak disleksia dapat menjadi sangat sensitif, terutama jika mereka merasa bahwa mereka berbeda dibanding teman-temannya dan mendapat perlakukan yang berbeda dari gurunya. Lebih buruk lagi, jika prestasi akademis mereka menjadi demikian buruk akibat ”perbedaan” yang dimilikinya tersebut. Kondisi ini akan membawa anak menjadi individu dengan ”self-esteem” yang rendah dan tidak percaya diri. Jika tidak segera diatasi, hal ini akan terus bertambah parah dan menyulitkan proses terapi selanjutnya. Orang tua dan guru seyogyanya adalah orang-orang terdekat yang dapat membangkitkan semangatnya, memberikan motivasi, dan mendukung setiap langkah usaha yang diperlihatkan anak disleksia. Jangan sekali-sekali membandingkan anak disleksia dengan temannya atau dengan saudaranya yang tidak disleksia.


Referensi :
• J.H. Menkes, H.B. Sarnat B.L. Maria (2005). Learning disabilities, dalam: JH. Menkes, HB. Sarnat (penyunting). Child neurology, edisi ke-7. Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia.
• Sally, Shaywitz, Bennett (2006). Dyslexia, dalam: KF. Swaiman, S. Ashwal, DM. Ferreier (penyunting). Pediactric neurology principles and practice, volume 1, edisi ke-4, Mosby, Philadelphia
• S. Devaraj, S. Roslan (2006). Apa itu disleksia, panduan untuk ibu bapa, guru, dan kaunselor, dalam S. Amirin (penyunting). PTS Profesional, Kuala Lumpur.
• G. Reid (2004). Dyslexia: A complete guide for parents. John Wiley and Sons, Ltd, England
• R. Frank (2002). The secret life of dyslexic child, a practical guide for parents and educators. The Philip Lief Group, Inc, 2002

Sumber : Anakku / edisi 02/IV/Februari 2008

18 Maret 2009

DISLEKSIA,.. Gangguan Membaca Yang Harus Diwaspadai....

Salah satu penyebab gangguan belajar (learning disability = LD) yang sering terjadi dikenal dengan istilah disleksia, yaitu gangguan membaca spesifik pada anak. Pertama kali dilaporkan pada tahun 1896. Disleksia mengenai sekitar 80% dari kelompok individu dengan gangguan belajar.

Apa yang dimaksud dengan disleksia?
Disleksia berasal dari bahasa Greek, yakni dari kata ”dys” yang berarti kesulitan, dan kata ”lexis” yang berarti bahasa. Jadi, disleksia secara harfiah berarti ” kesulitan dalam berbahasa.” Anak disleksia tidak hanya mengalami kesulitan dalam membaca, tapi juga dalam hal mengeja, menulis, dan beberapa aspek bahasa yang lain.

Kesulitan membaca pada anak disleksia tidak sebanding dengan tingkat intelegensi ataupun motivasi yang dimiliki untuk kemampuan membaca dengan lancar dan akurat karena anak disleksia biasanya mempunyai label intelegensi yang normal bahkan sebagian di antaranya di atas normal. Disleksia merupakan kelainan dengan dasar kelainan neurobiologis, yang ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat/akurat, dalam pengejaan, dan dalam kemampuan mengkode simbol.

Ada juga ahli yang mendefinisikan disleksia sebagai suatu kondisi pemrosesan input/informasi yang berbeda (dari anak normal) yang seringkali ditandai dengan kesulitan dalam membaca, yang dapat mempengaruhi cara kognisi seperti daya ingat, kecepatan pemrosesan input, kemampuan pengaturan waktu, aspek koordinasi dan pengendalian gerak. Dapat terjadi kesulitan visual dan fonologis, dan biasanya terdapat perbedaan kemampuan di berbagai aspek perkembangan.

Secara lebih khusus, anak disleksia biasanya mengalami :
Masalah fonologi: Hubungan sistematik antara huruf dan bunyi, misalnya kesulitan membedakan ”paku” dengan ”palu”, atau keliru memahami kata-kata yang mempunyai bunyi hampir sama, misalnya ”lima puluh” dengan ”lima belas”. Kesulitan ini tidak disebabkan oleh masalah pendengaran tetapi berkaitan dengan proses pengolahan input di dalam otak.
Masalah mengingat perkataan: Mereka mungkin sulit menyebutkan nama teman-temannya dan memilih untuk memanggilnya dengan istilah ”temanku di sekolah” atau ”temanku yang laki-laki itu”. Mereka mungkin dapat menjelaskan suatu cerita namun tidak dapat mengingat jawaban untuk pertanyaan yang sederhana.
Masalah penyusunan yang sistematis: Misalnya susunan bulan dalam setahun, hari dalam seminggu, atau susunan huruf dan angka. Mereka sering ”lupa” susunan aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya lupa apakah setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah atau langsung pergi ke tempat latihan sepak bola. Padahal, orangtua sudah mengingatkannya bahkan mungkin sudah pula ditulis dalam agenda kegiatannya. Mereka juga mengalami kesulitan yang berhubungan dengan perkiraan terhadap waktu. Misalnya, kesulitan memahami instruksi seperti: ”Waktu yang disediakan untuk ulangan adalah 45 menit. Sekarang jam 8 pagi. Maka 15 menit sebelum waktu berakhir, Ibu Guru akan mengetuk meja satu kali”. Kadang kala mereka pun ”bingung” dengan perhitungan uang yang sederhana, misalnya tidak yakin apakah uangnya cukup untuk membeli sepotong kue atau tidak.
Masalah ingatan jangka pendek: Kesulitan memahami instruksi yang panjang dalam satu waktu yang pendek. Misalnya, ”Simpan tas di kamarmu di lantai atas, ganti pakaian, cuci kaki dan tangan, lalu turun ke bawah lagi untuk makan siang bersama ibu, tapi jangan lupa bawa serta buku PR matematikannya, ya,” maka kemungkinan besar anak disleksia tidak melakukan seluruh instruksi tersebut dengan sempurna karena tidak mampu mengingat seluruh perkataan ibunya.
Masalah pemahaman sintaks: Anak disleksia sering mengalami kebingungan dalam memahami tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda. Anak disleksia mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata bahasanya berbeda dari bahasa pertama. Misalnya, dalam bahasa Indonesia dikenal susunan Diterangkan-Menerangkan (contoh: tas merah), tetapi
dalam bahasa Inggris dikenal susunan Menerangkan-Diterangkan (contoh: red bag).

Disleksia dan otak kita.
Pada tahun 1878, dr. Kussmaul dari Jerman melaporkan adanya seorang lelaki yang mempunyai kecerdasan normal tapi tidak dapat membaca, yang diistilahkannya sebagai ”buta membaca” (reading blindness). Tahun 1891, Dejerine telah melaporkan bahwa proses membaca diatur oleh bagian khusus dari sistem saraf manusia yaitu di bagian belakang otak. Pada tahun 1896, British Medical Journal melaporkan artikel dari Dr. Pringle Morgan, mengenai seorang anak lelaki berusia 14 tahun bernama Percy yang pandai dan mampu menguasai permainan dengan cepat tanpa kekurangan apa pun dibandingkan teman-temannya yang lain namun Percy tidak mampu mengeja, bahkan mengeja namanya sendiri.

Penelitian terkini menunjukkan bahwa terdapat anatomi antara otak anak disleksia dengan anak normal, yakni di bagian temporal-parietal-oksipitalnya (otak bagian samping dan bagian belakang). Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging yang dilakukan untuk memeriksa otak saat dilakukan aktivitas membaca ternyata menunjukkan bahwa aktivitas otak individu disleksia jauh berbeda dengan individu biasa terutama dalam hal pemrosesan input huruf/kata yang dibaca lalu ”diterjemahkan” menjadi suatu makna.

Bagaimana mengenali disleksia?
Ø Kesulitan mengenali huruf atau mengejanya.
Ø Kesulitan membuat pekerjaan tertulis secara terstruktur misalnya esai
Ø Huruf tertukar-tukar, misal ’b’ tertukar ’d’, ’p’ tertukar ’q’, ’m’ tertukar ’w’, ’s’ tertukar ’z’
Ø Membaca lambat dan terputus-putus serta tidak tepat.
Ø Menghilangkan atau salah baca kata penghubung (“di”, “ke”, “pada”).
Ø Mengabaikan kata awalan pada waktu membaca (“menulis” dibaca sebagai “tulis”).
Ø Tidak dapat membaca ataupun membunyikan perkataan yang tidak pernah dijumpai.
Ø Tertukar-tukar kata (misalnya : dia-ada, sama-masa, lagu-gula, batu-buta, tanam-taman, dapat-padat, mana-nama).
Ø Daya ingat jangka pendek yang buruk
Ø Kesulitan memahami kalimat yang dibaca ataupun yang didengar
Ø Tulisan tangan yang buruk
Ø Mengalami kesulitan mempelajari tulisan sambung
Ø Ketika mendengarkan sesuatu, rentang perhatiannya pendek
Ø Kesulitan dalam mengingat kata-kata
Ø Kesulitan dalam diskriminasi visual
Ø Kesulitan dalam persepsi spatial
Ø Kesulitan mengingat nama-nama
Ø Kesulitan / lambat mengerjakan PR
Ø Kesulitan memahami konsep waktu
Ø Kesulitan membedakan huruf vokal dengan konsonan
Ø Kebingungan atas konsep alfabet dan simbol
Ø Kesulitan mengingat rutinitas aktivitas sehari-hari
Ø Kesulitan membedakan kanan kiri

Diagnosis disleksia
Tidak ada satu jenis tes pun yang khusus atau spesifik untuk menegakkan diagnosis disleksia. Diagnosis disleksia ditegakkan secara klinis berdasarkan cerita dari orang tua, observasi, dan tes psikometrik yang dilakukan oleh dokter anak atau psikolog. Selain dokter anak dan psikolog, profesional lain seyogyanya juga terlibat dalam observasi dan penilaian anak disleksia yaitu dokter saraf anak (mendeteksi dan menyingkirkan adanya gangguan neurologis), audiologis (mendeteksi dan menyingkirkan adanya gangguan pendengaran), opthalmologis (mendeteksi dan menyingkirkan adanya gangguan penglihatan), dan tentunya guru sekolah.

Anak disleksia di usia prasekolah menunjukkan adanya keterlambatan berbahasa atau mengalami gangguan dalam mempelajari kata-kata yang bunyinya mirip atau salah dalam pelafalan kata-kata, dan mengalami kesulitan untuk mengenali huruf-huruf dalam alphabet, disertai dengan riwayat disleksia dalam keluarga.

Keluhan utama pada anak disleksia di usia sekolah biasanya berhubungan dengan prestasi sekolah, dan biasanya orang tua ”tidak terima” jika guru melaporkan bahwa penyebab kemunduran prestasinya adalah kesulitan membaca. Kesulitan yang dikeluhkan meliputi kesulitan dalam berbicara dan kesulitan dalam membaca.

Pertanda disleksia pada anak usia sekolah dasar.
Kesulitan dalam berbicara :
Salah pelafalan kata-kata yang panjang
Bicara tidak lancar
Menggunakan kata-kata yang tidak tepat dalam berkomunikasi

Kesulitan dalam membaca:
Sangat lambat kemajuannya dalam keterampilan membaca
Sulit menguasai / membaca kata-kata baru
Kesulitan melafalkan kata-kata yang baru dikenal
Kesulitan membaca kata-kata ”kecil” seperti: di, pada, ke
Kesulitan dalam mengerjakan tes pilihan ganda
Kesulitan menyelesaikan tes dalam waktu yang ditentukan
Kesulitan mengeja
Membaca sangat lambat dan melelahkan
Tulisan tangan berantakan
Sulit mempelajari bahasa asing (sebagai bahasa kedua)
Riwayat adanya disleksia pada anggota keluarga lain.

(Shaywitz. S. Overcoming dyslexia. Ney York: Alfred A Knopf, 2003:12-124)

16 Maret 2009

Membaca dapat Melejitkan Otak Anak

Berikut saya kutipkan satu kisah menarik dari bukunya Muhammad Fauzil Adhim (Positive Parenting, 2007: 72) tentang betapa hebatnya efek membaca bagi proses tumbuh kembang anak.
”Namanya Jennifer. Lahir pada September 1984 dari rahim seorang ibu bernama Marcia Thomas. Ketika para ibu umumnya menyambut bayinya dengan penuh rasa bahagia dan suka cita, Marcia Thomas justru sebaliknya. Ada kecemasan ketika memandang anaknya. Jennifer tidak menampakkan tanda-tanda kehidupan yang wajar seperti lazimnya para bayi. Responsnya lambat dan ekspresinya tampak lain. Kekhawatirannya pun terjawab. Berdasarkan hasil pemeriksaan para ahli, Jennifer dinyatakan positif menderita down syndrome , yaitu suatu jenis keterbelakangan mental yang ditandai oleh rendahnya IQ sehingga tidak memungkinkan seseorang hidup secara wajar. Tidak itu saja, pada usia dua bulan Jennifer hampir-hampir mengalami kebutaan, tuli, dan keterbelakangan mental yang parah. Di usia yang masih sangat belia pula, Jennifer harus menjalani bedah korektif karena mengalami gangguan jantung.
Namun, apa yang dilakukan oleh Marcia Thomas? Terapi. Marcia memberikan terapi kepada anaknya agar otaknya memperoleh rangsangan yang sangat kaya sehingga kecerdasannya meningkat dan fungsi-fungsi indranya bekerja lebih aktif. Marcia berusaha menjalankan proses terapi itu dengan sungguh-sungguh agar anaknya tidak mengalami keterbelakangan mental.
Caranya? Diet membaca! Marcia membacakan sebelas buku setiap hari kepada buah hatinya yang masih bayi. Hasilnya? IQ Jennifer melonjak tajam ketika dites pada usia 4 tahun. IQ-nya seratus sebelas. Ya, 111! Salah satu penjelasan mengapa mengajarkan membaca pada anak dapat melejitkan IQ adalah karena membaca merupakan kegiatan yang memberikan rangsang paling kompleks bagi otak dibandingkan beberapa kegiatan lainnya.”

10 Februari 2009

Mandi Bagi Anak-anak


Dulu, Fathi sangat susah kalo diajak mandi. Tapi, begitu sudah di kamar mandi, susah juga diajak selesai. Apalagi, kalo ada mainan. Sambil mandi, dia pun sambil bermain. Ternyata, bagi anak-anak, mandi bukan cuma acara membersihkan badan, namun juga permainan yang menyenangkan. Biasanya, anak-anak sangat menyukai air, hobi memercik-mercikkan, dan juga menikmati sendau gurau bersama kita, orangtuanya, saat mandi.

Nah, beberapa hal soal mandi pada anak yang perlu Anda ketahui antara lain:

A. Setelah acara seharian yang melelahkan, mandi dengan air hangat dapat menjadi awal yang nyaman sebelum si kecil berangkat tidur.

B. Sebisa mungkin, mandikan anak di jam yang sama. Ini akan membuat si kecil merasa nyaman dan tahu bahwa waktu mandi bakal tiba.

C. Namun, bagi sebagian lainnya, acara mandi bisa menjadi momok. Hargailah perasaan anak dan lanjutkan untuk mencoba membuat acara mandi menjadi acara yang menyenangkan dan singkat. Mungkin, anak butuh pengalaman lebih sebelum menyukainya.

D. Sebaiknya, siapkan segala perlengkapan mandi sebelum Anda mulai memandikan anak. Anda harus selalu siap di samping anak, sekalipun telepon dan lonceng pagar berbunyi.

E. Gunakan alas mandi dari karet agar anak tidak terpeleset. Letakkan mainan mandi di tempat terbuka, seperti ember, dan segera keringkan begitu anak selesai mandi. Ini akan menghindari mainan dari rusak atau berkarat. Kalau memang sudah berkarat, ganti mainan yang sudah tampak kotor atau pecah di sana-sini.

F. Beberapa ibu menikmati mandi bersama buah hatinya. Tak apa-apa, selama Anda dan buah hati Anda menikmati acara ini, lakukan saja. Justru kedekatan dengan anak bisa terjalin lewat acara ini. (tabloidnova.com)

04 Februari 2009

Mengarahkan Anak Hiperaktif

Ketika saya mengajak Fathi ke sebuah acara, saya nyaris tidak bisa konsen mengikuti acara tersebut. Fathi sangat tidak bisa diam. Naik-naik ke kursi, lari ke luar ruangan, dorong-dorong kursi, sampai naik ke lantai dua. Saya nyaris putus asa. Gimana cara menenangkan Fathi? Seorang teman psikolog bertanya pada saya, "Fathi hiperaktif ya, Teh?" Duh ... saya kaget juga. Benarkah anak saya hiperaktif? Setelah berselancar di internet, saya menemukan artikel bagus yang bisa dibagi untuk kaum ibu.

Ada dua ketakutan kaum ibu menyangkut anaknya, autis dan hiperaktif. Jika anaknya terkena autis, ibu akan sangat gugup karena anaknya tak fokus, cenderung pendiam dan sulit beradaptasi. Jika hiperaktif malah
gelisah karena anaknya susah dikendalikan. Padahal, rata-rata anak autis dan hiperaktif punya KECERDASAN yang LUAR BIASA.

Mengelola anak hiperaktif memang butuh kesabaran yang luar biasa, juga kesadaran untuk senantiasa tak merasa lelah, demi kebaikan si anak.
Anak hiperaktif memang selalu bergerak, nakal, tak bisa berkosentrasi.
Keinginannya harus segera dipenuhi. Mereka juga kadang impulsif atau melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir lebih dahulu. Gangguan perilaku ini biasanya terjadi pada anak usia prasekolah dasar, atau sebelum mereka berusia 7 tahun.

Anda cemas dan gugup? Tentu, tapi jangan takut. Kami punya resepnya.

Pertama, PERIKSALAH.
Tak semua tingkah laku yang kelewatan dapat digolongkan sebagai hiperaktif. Karena itu, Anda perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktif. Yang harus Anda lakukan adalah mengonsultasikan persoalan yang diderita anaknya kepada ahli terapi psikologi anak. Ini penting karena gangguan hiperaktivitas bisa berpengaruh pada kesehatan mental dan fisik anak, serta kemampuannya dalam menyerap pelajaran dan bersosialisasi. Tujuannya untuk mendapatkan petunjuk dari orang yang tepat tentang apa saja yang bisa Anda lakukan di rumah. Selain itu juga berguna untuk menghapus rasa bersalah dan memperbaiki sikap Anda
agar tak terlalu menuntut anak secara berlebihan. Di sini biasanya para ahli akan memberikan obat yang sesuai atau sebuah terapi.

Kedua, PAHAMILAH.
Untuk bisa menangani anak hiperatif, ada baiknya pula
jika Anda dan anggota keluarga mengikuti support group dan parenting skill-training. Tujuannya agar bisa lebih memahami sikap dan perilaku anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara psikologis, kognitif (intelektual) maupun fisiologis. Jika si anak merasa bahwa orang tua dan anggota keluarga lain bisa mengerti keinginannya, perasaannya, frustasinya, maka kondisi ini akan meningkatkan kemungkinan anak bisa
tumbuh seperti layaknya orang-orang normal lainnya.

Ketiga, LATIH kefokusannya.
Jangan tekan dia, terima kaeadaan itu. Perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tapi konsisten dan tegas dalam
menerapkan norma dan tugas. Kalau anak tidak bisa diam di satu tempat, coba pegang kedua tangannya dengan lembut, kemudian ajaklah untuk duduk diam. Mintalah agar anak menatap mata Anda ketika berbicara atau diajak berbicara. Berilah arahan dengan nada yang lembuat, tanpa harus membenatk. Arahan ini penting sekali untuk melatih anak disiplin dan berkonsentrasi pada satu pekerjaan. Anda harus konsisten. Jika meminta
dia melakukan sesuatu, jangan berikandia ancaman tapi pengertian, yang membuatnya tahu kenapa Anda berharap dia melakukan itu.

Keempat, TELATENLAH.
Jika dia telah betah untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk melatih koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik-titik yang membentuk angka atau huruf. Latihan ini juga bertujuan untuk memperbaiki cara menulis angka yang tidak baik dan salah. Selanjutnya anak bisa diberi latihan menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Latihan ini sangat berguna untuk melatih motorik halusnya.
Bisa pula mulai diberikan latihan berhitung dengan berbagai variasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Mulailah dengan penjumlahan atau pengurangan dengan angka-angka dibawah 10. Setelah itu
baru diperkenalkan konsep angka 0 dengan benar.

Jika empat fase di atas telah dapat Anda lewati, bersyukurlah, pasti keaktifan anak Anda sudah dapat difokuskan untuk perkembangan jiwanya. Ini juga akan sangat membantu Anda dalam menjaganya. Dan kini, masukilah tahap berikutnya, bagaimana Anda harus bekerjasama dengan dia.

Kelima, BANGKITKAN kepercayaan dirinya.
Jika mampu, ini juga bisa dipelajari, gunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif. Misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib atau berhasil melakukan sesuatu dengan benar, memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak. Tujuannya untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.

Di samping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. Misalnya, dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orangtua
mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua sebelumnya.

Dalam tahap ini, usahakan emosi Anda berada di titik stabil, sehingga dia tahu, penguat positif itu tidak datang atas kendali amarah. Ingat, anak hiperaktif rata-rata juga sangat sensitif.

Keenam, KENALI arah minatnya.
Jika dia bergerak terus, jangan panik, ikutkan saja, dan catat baik-baik, kemana sebenarnya tujuan dari
keaktifan dia. Jangan dilarang semuanya, nanti dia prustasi. Yang paling penting adalah mengenali bakat atau kecenderungan perhatiannya secara dini.

Dengan begitu, Anda bisa memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya. Misalnya, mengikutkan anak pada klub sepakbola di bawah umur atau berenang, agar anak belajar bergaul dan disiplin. Anak juga belajar bersosial karena ia harus mengikuti tatacara kelompoknya.

Ketujuh, MINTA dia bicara. Ini sangat penting Anda terapkan. Ingat, anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisai, sibuk dengan dirinya sendiri. Karena itu, bantulah anak dalam bersosialisasi
agar ia mempelajari nilai-nilai apa saja yang dapat diterima kelompoknya.
Misalnya melakukan aktivitas bersama, sehingga Anda bisa mengajarkan anak bagaimana bersosialisasi dengan teman dan lingkungan. Ini memang butuh kesabaran dan kelembutan.

Mengembangkan ketrampilan berkomunikasi si kecil memang butuh waktu. Terlebih dulu ia harus dilengkapi dengan sikap menghargai, tenggang rasa, saling memahami, dan berempati, ujar Susan Barron, Ph.D,
Direktur Pusat Perkembangan dan Pembelajaran Mount Sinai Medical Center di New York dalam salah satu artikelnya di majalah Child.

Terakhir, SIAP bahu-membahu. Jika dia telah mampu mengungkapkan pikirannya, Anda dapat segera membantunya mewujudkan apa yang dia inginkan. Jangan ragu. Bila perlu, bekerja samalah dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya. Mintalah guru tak perlu membentak, menganggap anak nakal, atau mengucilkan, karena akan
berdampak lebih buruk bagi kesehatan mentalnya. Kerjasama ini juga penting karena anak sulit berkosentrasi dan menyerap pelajaran dengan baik. Dibutuhkan kesabaran dan bimbingan dari guru bagi anak hiperaktif.

Nah, itulah dasar-dasar pengelolaan jika anak Anda mengidap hiperaktif. Dia tak berbahaya, hanya butuh SENTUHAN dan PERHATIAN LEBIH. Jika itu dia dapatkan, anak Anda akan berubah jadi JENIUS yang bukan tak mungkin, akan mengubah dunia.
(sumber: CyberNews Suara Merdeka)

15 Oktober 2008

Pilih Mainan untuk Bayi



Mainan sangatlah bermanfaat bagi bayi. Pada bulan pertama kehidupannya, sebelum belajar meraih benda atau mengangkat badan, bayi lebih menyukai benda yang bisa dilihat dan didengarnya, meski di masa ini penglihatannya masih kabur. Penglihatannya akan berangsur-angsur membaik saat objek berada sekitar 20-35 cm dari matanya. Ia mulai “menggambar” wajah manusia dan mengenali Anda sebagai orangtua di usia satu bulan.

American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan orangtua agar membelikan mainan dengan pola warna yang sangat kontras dan terang. Warna tersebut menarik perhatian karena memudahkan bayi untuk melihatnya.
Selain itu, bayi juga mulai belajar mengenali suara dan musik lembut. Itu sebabnya, benda yang bergerak secara perlahan dan menghasilkan suara lembut lebih menarik, ketimbang benda yang diam dan tanpa suara.

Usia 6 bulan
Mainan yang bisa dipegang. Pandangan yang masih pendek membuatnya tertarik dengan sesuatu yang Anda gerakkan di garis penglihatannya. Ia tidak dapat memegang mainan untuk sementara, tetapi akan menunjukkan pilihannya dengan memukul satu mainan yang disukainya.

Kotak musik atau pemutar kaset. Musik merupakan salah satu cara untuk menghibur dan menenangkan bayi. Pasang beragam musik, asal tidak terlalu keras dan tersendat-sendat. Lalu lihat respon yang diberikan oleh bayi.

Mobil-mobilan. Mainan mobil dapat menambah dimensi baru terhadap pandangan horizontal bayi. Cari yang mempunyai warna dan pola yang cukup kontras. Kebanyakan bayi senang dengan mobil yang dilengkapi musik. Agar aman, jauhkan mobil dari jangkauan bayi.

Cermin yang tak mudah pecah. Meski ia tidak akan menyadari itu adalah dirinya saat melihat cermin, bayi akan terpesona dengan bayangannya. Saat berusia tiga bulan, ia mulai tersenyum saat melihat bayangan dari cermin yang bisa diikat atau digantung dekat dengan meja untuk mengganti pakaiannya.

Buku lembut dengan pola sangat kontras. Buku lembut dengan pola atau dekorasi yang mudah dilihat dirancang untuk bayi. Berbaringlah di dekatnya sehingga ia bisa melihat Anda membuka dan membalik halaman saat Anda membacakannya.

Mainan dengan sensor. Mainan lembut yang bisa berbunyi saat ditekan akan menyenangkan bayi. Saat menekan mainan tanpa sengaja juga akan membantunya menjadi waspada dengan apa yang dilakukan oleh tangannya.

Mainan berbunyi. Pasang mainan lembut bergemerincing pada pergelangan tangan atau kaki bayi. Atau bisa juga dengan menggunakan kaus kaki yang berbunyi. Mainan ini akan memberikan bayi hiburan. Ia juga mendapat pengalaman dengan suara-suara baru yang ia buat.

Lonceng angin. Bayi-bayi menyukai musik lembut. Cobalah menggantungkan lonceng angin di tempat yang bisa dilihat bayi dengan mudah, sehingga ia bisa melihat lonceng bergerak dan mengeluarkan suara.

Mainan berwarna hitam, putih, dan merah. Mainan dan alas bermain dengan warna kontras seperti ini dirancang untuk membantu anak melihat perbedaan bentuk dan pola yang merangsang perkembangan penglihatan.


Usia 9-12 bulan
Saat bayi berusia 9 atau 10 bulan biasanya sudah dapat berkeliling ruang dengan merayap, merangkak, atau merembet. Saat berusia 12 bulan, banyak bayi mulai bisa berdiri dan berjalan.

Bayi mulai menggunakan benda-benda sebagai alat, mendorong bola dengan kayu, atau mengambil wortel yang ada di piringnya dengan sendok. Ia juga lebih tertarik dalam permainan interaktif. Contohnya, Anda bisa menggelitik bayi dan ia pun akan gantian menggelitik Anda. Bicara di telepon dan kemudian berikan kepadanya sehingga ia bisa menggumam lalu kembali ke Anda.
Kemampuan memecahkan masalahnya membaik dan sekarang ia akan mencoba mengambil boks bening untuk mengambil mainannya. Ia juga mulai memahami kata-kata dan mengenali nama-nama benda yang akrab dengannya.

Mainan yang didorong. Mainan jenis ini memberi peluang bagi batita dalam berlatih kemampuan berjalannya. Pilih mainan dorong yang berat, sehingga bayi bisa bersandar dan berputar mengelilingi ruangan tanpa mudah terjatuh. Kebanyakan bayi di usia ini masih terlalu muda untuk menarik mainan. Memang lebih baik mencari mainan yang bisa didorong, tetapi perlu ada orang yang mengawasi di belakangnya saat bayi bergerak maju. Setelah pintar berjalan, selama beberapa bulan berikutnya bayi masih senang menikmati mainan yang dapat didorong atau ditarik.

Memasangkan bentuk balok. Mencoba mencocokkan bentuk balok dengan tempat yang bisa dimasukkan menjadi tantangan awal latihan memecahkan masalah. Hanya kadang-kadang mainan ini membuat bayi frustrasi.

Telepon mainan. Bayi gemar meniru orangtuanya. Bila ia belum dapat banyak berkata-kata, bayi akan mencoba berkomunikasi dengan memegang telepon dan memencet angka-angka. Semakin nyata bentuk telepon, akan semakin baik.

Buku. Pada usia ini, anak-anak terutama sekali dibangkitkan minatnya oleh buku dengan membuka atau bahkan meraba tekstur buku.

Ember dan sekop. Bila aktivitas favoritnya mengisi dan mengosongkan, belikan bak pasir kecil dan ajak ia ke taman. Ia akan sibuk dengan kegiatan mengisi bak pasirnya itu selama beberapa saat.