Selamat Datang di Dunia Long Life Learning Program

Mendidik anak, bukanlah hal yang mudah. Agar mendidik menjadi hal yang menyenangkan dan efektif, kita harus tahu tekniknya. Nah, salah satunya dengan multimetode dan multimedia. Kami hadir untuk memudahkan orangtua dalam mendidik anak dengan media-media pendidikan yang insya Allah berkualitas.
Berikut produk-produk kami:
I Love My Al-Quran
Ensiklopedia Bocah Muslim
Halo Balita
Nabiku Idolaku
Cerita Binatang 2 Bahasa Berima ILMA

06 Oktober 2008

Salah Kaprah …

by: Hidayat Nurwahid

Umat Islam Indonesia adalah umat yang suka bersilaturahmi. Saling berkunjung, saling menyapa, dan saling berkomunikasi. Tetapi, mengapa tetap saja selalu menghadirkan kebencian, kedengkian, dan konflik, padahal silaturahmi terus dijalin banyak pihak?

Kalau boleh dikatakan penyakit, penyakit itu adalah seringkali kita keliru menggunakan istilah kata. Kita keliru menggunakan istilah silaturahmi. Padahal, yang betul adalah silaturahim.

Lantas, apa bedanya silaturahmi dengan silaturahim? Padahal, susunan hurufnya sama saja. Ya, memang perbedaannya ada pada akhiran yang ada pada huruf mim.

Pada dasarnya, silaturahmi berasal dari dua kata, “silah” dan “rahmi”. Silah artinya menyambungkan. Sedang rahmi artinya rasa nyeri yang diderita para ibu ketika melahirkan. Hal ini tentu sangat berbeda rahim yakni menyambung rasa kasih sayang dan pengertian.

Itu sebabnya, kebencian, kedengkian, dan konflik masih saja ada meski silaturahmi terus terjalin. Sebab, yang kita sambung adalah rasa nyeri para ibu kita ketika melahirkan tadi.

Ungkapan lain yang seringkali kita gunakan, dan ternyata salah adalah membatalkan puasa. Seringkali pada saat-saat menjelang maghrib dan akhirnya azan berkumandang, pada saat yang sama kita sedang sibuk mengerjakan sesuatu yang harus selesai. Pada saat itulah salah seorang dari kita mengatakan, "mari kita batalkan puasa kita, ayo batalkan puasanya dulu".

Padahal, kalau ungkapan itu benar-benar diniatkan untuk membatalkan puasa, maka batal benar puasa kita. Batal dalam perspektif tidak ada ganjaran pahala sama sekali terhadap puasa kita itu. Padahal, kita telah menahan lapar, haus, serta hal-hal yang membatalkan puasa. Lalu tiba-tiba ibadah kita itu batal hanya karena niat mem-”batal”-kan puasa kita.

Sebagai ummat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, sudah sepantasnya kita mencontoh beliau. Sebagaimana yang diungkapkan dalam sebuah hadist, istilah berbuka puasa yang tepat adalah mempercepat buka puasa serta mengakhirkan sahur dan bukan membatalkan puasa. Mempercepat dalam artian segera berbuka puasa jika sudah waktunya berbuka, bukan menyegerakan untuk berbuka belum pada waktunya berbuka.

Demikan, semoga sedikit tulisan ini benar-benar merupakan harapan kita untuk perbaikan untuk Indonesia yang lebih baik. Semoga tidak ada yang salah kaprah lagi tentang kosakata yang menghadirkan ketidaknyamanan dalam keseharian kita. Apalagi, jika berkaitan dengan ibadah.

Wassalam.
www.hidayatnurwahid.blogdetik.com

Tidak ada komentar: